Random Post
Loading...
Sabtu, 05 Januari 2013

Menguap/ Mengantuk itu Menular

8:34 PM

Tanpa disadari seringkali saat melihat orang lain menguap akan ikut-ikutan menguap. Bukan karena latah kalau yang melihat ikutan menguap, karena menguap memang bisa menular.

Menguap adalah tindakan refleks yang terjadi pada semua orang, biasanya dilakukan untuk menghirup udara dalam jumlah banyak dan diikuti dengan pernapasan. 
Tindakan refleks ini seringkali dikaitkan dengan stres, kelelahan, terlalu banyak kerjaan, kebosanan dan mengantuk. Menguap juga bisa terjadi bila ada kelebihan karbondioksida atau kelangkaan oksigen dalam aliran darah.

Studi terbaru menunjukkan menguap bukan saja sebagai tanda seseorang ingin tidur. Tapi tujuan menguap untuk mendinginkan otak sehingga dapat beroperasi lebih efisien dan membuat seseorang tetap terjaga.

Tapi kenapa ketika seseorang menguap yang melihatnya juga ikut menguap?

"Kami berpikir penyebabmenguap itu menular karena dipicu oleh mekanisme empatik yang berfungsi untuk menjaga kewaspadaan kelompok. Karenanya menguap adalah tanda empati," ujar seorang peneliti Dr Gordon Gallup, seperti dikutip dari BBCNews, Kamis (8/4/2010).

Penyebablain menularnya menguap karena aktifnya sistem saraf cermin (mirror neurons system) yaitu neuron yang terletak di bagian depan setiap belahan otak vertebrata tertentu.

Ketika menerima stimulus (rangsangan) dari spesies yang sama, maka spesies tersebut juga akan mengaktifkan daerah yang sama di otak. Hal inilah yang menyebabkan seseorang akan menguap jika melihat oang lain menguap.

Sistem saraf cermin ini bertindak sebagai penggerak untuk meniru dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran manusia. Karenanya menguap sering dianggap sebagai cabang dari impuls (gerakan) tiruan yang sama.

Jika pusat dari sistem neuron cermin tidak aktif saat melihat seseorang menguap, maka hal ini tidak akan memiliki hubungan dengan keinginan merespons untuk menguap.

Semakin kuat seseorang ingin menguap, maka semakin kuat aktivasi dari bagian otak periamygdalar kiri. Hasil temuan ini merupakan tanda neurofisiologis pertama yang mengungkapkan bahwa menguap bisa menular.

Daerah periamygdalar adalah zona yang terletak di samping amigdala dan struktur bentuknya seperti kacang almond yang terletak jauh di dalam otak.

Aktivasi beberapa bahan kimia yang ditemukan di otak, misalnya, serotonin, dopamin, glutamin, asam glutamat dan oksida nitrat, dapat pula meningkatkan frekuensi menguap. Sedangkan beberapa bahan kimia lain seperti endorfin justru bisa mengurangi frekuensi menguap.

Jika seseorang menguap, maka ada tahapan yang terjadi adalah:
  1. Dimulai dengan mulut terbuka
  2. Rahang bergerak ke bawah
  3. Memaksimumkan udara yang mungkin dapat diambil ke dalam paru-paru
  4. Menghirup udara
  5. Otot-otot perut berkontraksi
  6. Diafragma didorong ke bawah paru-paru
  7. Terakhir beberapa udara ditiupkan kembali.

Beberapa studi menunjukkan manfaat dari menguap yaitu dapat menstabilkan tekanan di kedua sisi gendang telinga atau mirip dengan peregangan, melenturkan otot dan sendi pada tubuh serta meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.

Seperti dikutif dari detikhealth, menguap berlebihan dapat menimbulkan penyakit, diantaranya :
1. Gangguan Tidur
Menguap adalah respon alami ketika tubuh merasa lelah. Namun menurut National Institutes of Health, jika menguap terlalu sering itu mungkin tanda adanya gangguan tidur, seperti insomnia, sleep apnea dan narkolepsi. Kondisi ini dapat menghambat Anda mendapatkan tidur malam yang nyenyak dan menyebabkan lelah di siang hari, sehingga sulit untuk berkonsentrasi.

2. Kelainan Irama Jantung
Jika pasokan darah dan oksigen ke otak tidak cukup, Anda dapat memgalami pingsan yang disebut ‘syncope’. Kondisi ini bisa menjadi kondisi sementara, yang terjadi ketika Anda berdiri terlalu lama, berdiri terlalu cepat, dalam keadaan stres atau tidak enak badan. Namun, juga dapat berarti bahwa Anda memiliki masalah jantung.
Tinggi atau rendahnya tekanan darah dan kelainan irama jantung juga dapat membatasi aliran darah ke otak. Dengan kondisi lain, jika otak Anda tidak mendapatkan darah dan oksigen yang dibutuhkan, Anda dapat mengembangkan gejala-gejala seperti menguap berlebihan.

3. Diseksi Aorta
Diseksi aorta merupakan robeknya dinding aorta, yaitu arteri utama yang membawa darah dari jantung. Kondisi ini bisa diwariskan atau bisa karena penyakit seperti tekanan darah tinggi dan penyakit arteri koroner, yang keduanya menempatkan ketegangan pada dinding arteri.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer