Random Post
Loading...
Senin, 31 Desember 2012

Asal Mula Perayaan Tahun Baru

11:13 AM

Artikel berikut tidak bermaksud memicu konflik/ propaganda. Artikel ini dimaksudkan agar pembaca mengetahui asal muasal perayaan tahun baru dan sharing pengetahuan. 

Tahun baru seluruh penjuru dunia pasti identik dengan tiupan terompet, pesta kembang api, hingar bingar pertunjukkan musik, pesta pora di hotel-hotel berbintang atau tempat wisata, hingga ucapan "Selamat Tahun Baru" atau "Happy New Year".
Tapi, tak banyak yang mengetahui sejarah di balik perayaan tahun baru masehi ini.  Apa sebenarnya dasar penentuan perayaan tahun baru? 
Perayaan tahun baru merupakan yang tertua di antara hari-hari libur lainnya yang diakui dunia internasional. Penelusuran awal mula perayaan tahun baru membawa kita ke zaman Kerajaan Babilonia Kuno, sekitar 4.000 tahun lalu. 
Sekitar tahun 2.000 SM, Tahun Baru Babilonia mulai dirayakan bertepatan dengan dimulainya Bulan Baru (New Moon) yang pertama. Bulan ini ditandai dengan nampaknya bulan sabit yang  pertama setelah peristiwa Vernal Equinox (hari pertama musim semi).
Awal musim semi dianggap sebagai waktu yang logis untuk memulai sebuah tahun baru. Pasalnya, saat itu adalah musim kelahiran kembali, musim menanam tanaman baru, dan musim berbunga bagi tumbuhan. 
Perayaan Tahun Baru Babilonia ini, berlangsung selama sebelas hari. Masing-masing hari memiliki bentuk perayaannya sendiri yang khas.
Belakangan, Bangsa Romawi juga meneruskan tradisi Tahun Baru Bangsa Babilonia yang jatuh tiap bulan Maret ini. 
Salah satu tradisi penting dari perayaan tahun baru adalah membuat resolusi. Tradisi ini juga bermula dari Bangsa Babilonia Kuno. 
Tahukah Anda, apa resolusi tahun baru yang paling populer saat itu? Resolusi paling umum dari orang-orang Babilonia Kuno adalah mengembalikan alat-alat pertanian yang mereka pinjam.
Tapi pada saat bersamaan, perubahan perhitungan kalender yang terjadi terus-menerus sebagai akibat dari berganti-gantinya penguasa menyebabkan perhitungan kalender Babilonia dan Romawi ini tidak sinkron lagi dengan matahari.
Untuk menyelesaikan ketidakcocokan kalender ini, pada tahun 153 SM, Senat Romawi menetapkan tanggal 1 Januari sebagai awal tahun baru. Meski begitu, kekisruhan kalender tetap berlanjut. 
Pada masa Julius Caesar, tahun 46 SM menetapkan apa yang kemudian kita kenal sebagai Kalender Julian. Kalender ini tetap menempatkan 1 Januari sebagai awal tahun baru, 
Agar kalender ini benar-benar sinkron dengan matahari, Julius Caesar perlu mengubah perhitungan tahun sebelumnya menjadi lebih panjang, yakni 445 hari. Padahal normalnya hanya 365 hari.
Meski begitu, pada abad-abad pertama Masehi, Bangsa Romawi tetap melanjutkan perayaan tahun barunya pada bulan Maret, bukan 1 Januari, 
Gereja, pada saat itu mengutuk perayaan tahun baru bulan Maret maupun 1 Januaari karena dianggap sebagai ritual pagan (penyembahan terhadap berhala). 
Tapi ketika Kristen kian berkembang, gereja awalnya memiliki pandangan religius sendiri tentang beberapa tradisi pagan yang berlangsung di masyarakat, salah satunya adalah perayaan tahun baru. 
Bagi beberapa denominasi tertentu di dalam Kristen, perayaan tahun baru dipandang sebagai bagian dari memperingati peristiwa “penyunatan Kristus”. 
Pada abad pertengahan Masehi, gereja tetap dengan pendiriannya menolak perayaan tahun baru. Baru pada 400 tahun belakanganlah, tiap 1 Januari dirayakan sebagai hari libur oleh bangsa-bangsa Barat.
Jadi, tanggal 1 Januari, yang dirayakan milyaran orang di seluruh dunia, tidak memiliki dasar ilmiah, astronomi, atau agrikultural apapun, Tapi hanyalah sebuah tradisi tanpa dasar yang kuat (arbitrer).


sumber : sabiil.co.id

1 komentar:

 
Toggle Footer